MASUKNYA WALI SONGO DALAM MEMPERGARUHI BUDAYA
NUSANTARA
Dalam sejarah masuknya Islam ke Nusantara, Wali Songo adalah perintis
dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, yang dipelopori Syeikh Maulana
Malik Ibrahim (Syis, 1984; Sunyoto, 1991; Drewes, 2002). Wali Songo adalah
pelopor dan pemimpin dakwah Islam yang berhasil merekrut murid-murid untuk
menjalankan dakwah Islam ke seluruh Nusantara sejak abad ke-15.
Wali Songo terdiri dari sembilan
wali; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan
Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kali Jaga.
Perkataan wali sendiri berasal
dari bahasa Arab. Wala atau waliya yang berarti qaraba yaitu dekat, yang
berperan melanjutkan misi kenabian (Nasution, 1992; Saksono, 1995. Dalam
Al-Qur’an istilah ini dipakai dengan pengertian kerabat, teman atau pelindung.
Al-Qur’an menjelaskan: “Allah pelindung (waliyu) orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang kafir, pelidung-pelindung (auliya) mereka ialah syetan, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah
penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 257)
Selanjutnya, kata songo
menunjukkan angka hitungan Jawa yang berarti sembilan, angka bilangan magis
Jawa yang diambil dari kata ja yang memiliki nilai dan wa yang bernilai enam (simuh, 1986).
Namun demikian, ada juga yang berpendapat bahwa kata songo berasal dari kata
sana yang diambil dari dari bahasa Arab, tsana (mulia) sepadan dengan mahmud
(terpuji), sehingga pengucapan yang benar adalah Wali Sana, yang berarti
wali-wali terpuji (Adnan, 1952). Pendapat ini didukung oleh sebuah kitab yang
meriwayatkan kehidupan dan hal ihwal para wali di Jawa yang dikarang oleh Sunan
Giri II (Imron arifin, 2002).
Strata sosial kultural masyarakat
Jawa sebelum kehadiran Wali Songo sangat dipengaruhi oleh kehidupan
animispanteistik yang dikendalikan oleh para pendeta, guru ajar, biksu, wiku,
resi, dan empu. Mereka dianggap mempunyai kemampuan mistis dan kharismatik
(Thrupp, 1984). Kedudukan vital mereka diambil alih para wali dengan tetap
berfokus pada kehidupan mistis religius (Stuuerheim, 1977). Era Wali Songo
adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di
Indonesia, khususnya di Jawa. Peranan Mereka dalam mendirikan kerajaan Islam di
Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah
secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut di bandingkan
yang lain.
Pengaruh
budaya walisongo terhadap nusantara :
Walisongo mempunyai peranan yang
sangat besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Bahkan mereka adalah
perintis utama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia, sekaligus pelopor
penyiaran Islam di nusantara.
‘Wali’ adalah singkatan dari
bahasa Arab, Waliyullah yang berarti ‘orang yang mencintai dan dicintai Allah’
dan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sembilan’, sehingga Wali songo
merujuk pada wali sembilan yaitu Sembilan orang yang mencintai dan dicintai
Allah.
Mereka diberi gelar seperti itu
karena mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam dan yang terpenting adalah
karena kesungguhan mereka dalam mengajarkan dan menyebarkan Islam. Disamping
itu, Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada
masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban
baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan,
kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga kepemerintahan.
Walisongo atau Walisanga dikenal
sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di
tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di
Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi
HinduBudha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam.
Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu
banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar
dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini
lebih banyak disebut dibanding yang lain.